Yaa Allah, sesungguhnya telah kami sampaikan. Saksikanlah!!

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Minggu, 21 Maret 2010
Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya. Yang demikian ini karena kata “Fii” dalam ungkapan “Fillah” adalah huruf ta’lil artinya kata yang berarti “sebab/karena”. Seperti dalam firman Allah:

فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ
Maka itulah perkara yang karenanya kalian mencaci-makiku. (TQS.Yusuf [12}: 32).
 Kata “fiihi” dalam ayat ini maknanya adalah karenanya. Seperti juga dalam firman Allah:

لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ
…Niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (TQS. an-Nûr [24]: 14)

Juga seperti sabda Nabi saw.:

Seorang wanita masuk Neraka disebabkan karena seekor kucing.

Mencintai orang-orang yang beriman yang senantiasa taat kepada Allah sangat besar pahalanya. Dalil-dalilnya adalah :

  •  Hadits dari Abû Hurairah yang disepakati oleh al-Bukhâri danMuslim, dari Nabi saw. beliau bersabda: Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.

CINTA KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA

Sabtu, 20 Maret 2010
Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada  Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah  Allah dan Rasul-Nya.” Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah  keinginan untuk taat.” Ibnu Arafah berkata, “Cinta menurut  isti lah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk  meraihnya.” Al-Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah  dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap  segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah  saw.”

Sedangkan arti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah  ampunan, ridha dan pahala. Al-Baidhawi berkata ketika  menafsirkan firman Allah:

يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu  (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 31).

Maksudnya, pasti Allah akan ridha kepadamu. Al-Azhari berkata,  “Cinta Allah kepada hamba-Nya adalah memberikan kenikmatan  kepadanya dengan memberi ampunan.” Allah berfirman:  

فَإِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir (TQS. Ali  ‘Imrân [3]: 32).

Maksudnya, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Sufyân bin Uyainah berkata, “Arti dari niscaya Allah akan mencintaimu adalah Allah akan mendekat padamu. Cinta adalah  kedekatan. Arti Allah tidak mencintai orang-orang kafir adalah Allah  tidak akan mendekat kepada orang kafir.” Al-Baghawi berkata,  “Cinta Allah kepada kaum Mukmin adalah pujian, pahala, dan ampunan-Nya bagi mereka.” Al-Zujaj berkata, “Cinta Allah kepada  makhluk-Nya adalah ampunan dan nikmatnya-Nya atas mereka,
dengan rahmat dan ampunan-Nya, serta pujian yang baik kepada  mereka. 

MEMELIHARA AL-QURAN

Jumat, 19 Maret 2010
Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya; membacanya merupakan ibadah, sekaligus merupakan mukjizat yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:



لا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya, diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. (TQS. Fush Shilat [41]: 42)

Al-Quran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri.
Allah berfirman:


إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesunguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti akan menjaganya. (TQS. al-Hijr [15]: 9)

Al-Quran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menentramkan hati. Dengan izin Tuhan mereka, al-Quran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya; yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi Terpuji. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan al-Quran, pasti akan terpercaya. Siapa saja yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.

Al-Quran adalah sebaik-baik bekal bagi setiap muslim. Lebih-lebih bagi para pengemban dakwah. Dengan al-Quran hati akan menjadi hidup. Dengannya, semua sandaran akan semakin kokoh. Para pengembannya akan menjadi seperti gunung yang berdiri kokoh, sehingga dunia pun menjadi kecil baginya ketika berada di jalan Allah. Dia akan senantiasa mengatakan yang hak, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka

BERSEGERA MELAKSANAKAN SYARIAH

Allah Swt. berfirman:


وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)


إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥١)وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (٥٢)




Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.”
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (TQS. an-Nûr [24]: 51-52)


وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula) perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.
(TQS. al-Ahzâb [33]: 36)


فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (TQS. an-Nisa [4]: 65)

 

Browse